Nama
: Rizky Ramlan
Kelas : 2IC01
Npm : 26412624
3. Deskripsikan wayang di Indonesia ?
Wayang Kulit ( Semar )
Semar dalam gambar wayang memiliki peran yang sangat
penting, meskipun tidak dimasukkan sebagai karakter utama. Semar Dalam Pewayangan profil yang
menarik untuk melihat dari beberapa versi yang ada. Kyai Lurah Semar Badranaya
adalah nama tokoh utama dalam wayang Jawa dan Sunda panakawan. Angka ini
dilaporkan sebagai pengasuh serta penasihat para kesatria dalam pementasan
kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan
dalam naskah asli adalah epik Sansekerta, karena tokoh ini adalah ciptaan
seorang penyair asli dari Jawa.
Sejarah
Semar
Menurut
sejarawan Prof Dr Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam
karya sastra zaman Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin,
kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief di Candi Sukuh yang tanggal ke 1439.
Semar
diceritakan sebagai pelayan atau hamba cerita karakter utama, yaitu Sahadewa
dari Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut, tetapi juga
sebagai pelempar humor untuk mendobrak suasana tegang.
Pada
hari berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Jawa, wayang
digunakan sebagai salah satu propaganda media. Kisah-kisah yang dipentaskan
masih seputar Mahabharata yang sudah kuat dalam memori melekat pada masyarakat
Jawa. Salah satu ulama terkenal sebagai pakar budaya, seperti Sunan Kalijaga.
Dalam pementasan wayang, sebuah karakter Semar masih dipertahankan
keberadaannya, bahkan peran lebih aktif daripada di cerita Sudamala.
Dalam
perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Penyair Jawa
dalam karya-karya sastra mereka mengatakan Semar bukan hanya rakyat jelata
biasa, melaikan Batara Ismaya perwujudan, adik dari Guru, raja para dewa.
Asal
dan Kelahiran
Ada
beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Tapi semua angka-angka
sebut sebagai reinkarnasi dari dewa.
·
Dalam
naskah Serat Kanda
dikisahkan,
penguasa surga yang bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua putra bernama Trans
dan Trans Wenang Singles. Karena Sanghyang Tunggal jelek, ia juga mewarisi
tahta surga untuk Sanghyang Wenang. Dari Wenang kemudian diwariskan kepada
Trance putranya yeng bernama Guru. Single trans kemudian menjadi penjaga Guru
keturunan ksatria, oleh Semar nama.
·
Dalam
Paramayoga
diceritakan
seperti, adalah anak dari Wenang Trance Trance Singles. Sanghyang Tunggal
kemudian menikah dengan Dewi Rakti, putri jin kepiting raja yang bernama
Sanghyang Yuyut. Perkawinan lahir sebuah permata bentuk telur yang kemudian
berubah menjadi dua orang. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang
berkulit hitam, dan berkulit putih Manikmaya untuk. Ismaya merasa minder
sehingga kurang bersedia untuk membuat Singles Trans. Tahta surgawi diwariskan
oleh Manikmaya, yang kemudian berjudul Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi
posisi sebagai penguasa Sunyaruri alam, atau supranatural kelompok makhluk
hunian. Anak sulung yang bernama Batara Ismaya Wungkuham memiliki anak bernama
Janggan Smarasanta bertubuh bulat, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh
keturunan bernama Resi Guru Manumanasa dan berlanjut sampai anak-anak dan cucu.
Dalam keadaan khusus, dapat menyerap Semar Semar Ismaya menjadi sosok yang
ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah
cucu dari Ismaya.
·
Dalam
naskah Purwakanda
dikisahkan,
Sanghyang Tunggal memiliki empat putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung,
Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari datang kabar bahwa takhta langit
akan diteruskan kepada Samba. Hal ini membuat cemburu saudara ketiga. Samba
diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan itu diketahui oleh ayah
mereka. Sanghyang Tunggal mengutuk ketiga putranya menjadi jelek. Puguh
berganti nama menjadi Togog sedangkan bagian belakang adalah suatu Semar.
Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian
berjudul Guru. Sementara itu, Manan mendapat pengampunan karena ia hanya pergi
bersama dengan itu. Manan kemudian berjudul Batara Narada dan diangkat sebagai
penasihat Guru.
·
Dalam
naskah Purwacarita
dikisahkan,
Trance Tunggal Rekatawati anaknya menikah dengan Dewi Sanghyang Rekatatama.
Pernikahan dilahirkan telur bercahaya. Sanghyang Tunggal merasa begitu marah
membanting telur dibagi menjadi tiga bagian, shell, putih, dan kuning telur.
Semua tiga masing-masing berubah menjadi laki-laki. Berasal dari kerang diberi
nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang
dari Manikmaya kuning bernama. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya tidak setuju
karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta surga. Keduanya juga memegang
kompetisi untuk menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung dengan satu
menelan tapi itu adalah kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya
menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung sedikit demi sedikit.
Setelah melewati semua bagian dari hari bebarpa gunung dipindahkan ke Ismaya
tubuh, tetapi tidak berhasil. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh
bulat. Sanghyang ambisi tunggal dan murka mengetahui bahwa keserakahan kedua
putranya. Mereka dihukum untuk menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang
kemudian diangkat sebagai raja surga, berjudul Guru. Antaga dan Ismaya turun ke
bumi. Setiap mengenakan Togog nama dan Semar.
Silsilah
dan Keluarga
Dalam
wayang diceritakan, Batara Ismaya ketika masih di surga telah dijodohkan dengan
sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari pernikahan yang lahir sepuluh anak,
yaitu:
Batara
Wungkuham
Batara
Surya
Batara
Candra
Batara
Tamburu
Batara
Siwah
Batara
Kuwera
Batara
Yamadipati
Batara
Kamajaya
Batara
Mahyanti
Batari
Darmanastiti
Semar
Ismaya berfungsi sebagai inkarnasi untuk pertama kalinya ke Resi Manumanasa,
leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar harimau menyerang dua merah dan
putih. Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke bentuk aslinya, yaitu
sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat bantuan Manumanasa,
kedua malaikat telah dibebaskan dari kutukan yang mereka tinggal. Semar
Kanistri kemudian menjadi istrinya, dan digunakan untuk disebut sebagai
Kanastren. Sementara itu, istri Manumanasa Kaniraras, dan namanya diubah
menjadi Retnawati, karena kakak saya juga bernama Kaniraras Manumanasa.
Pasangan
Panakawan
Dalam
pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng,
Petruk, dan Bagong. Tapi tidak benar-benar semua ketiga biologis anak Semar.
Gareng adalah putra seorang pendeta yang memiliki kutukan dan dibebaskan oleh
Semar. Petruk adalah putra seorang raja Gandharwa. Sementara Bagong diciptakan
oleh kata ajaib terima kasih kepada bayangan Semar Resi Manumanasa.
Dalam
wayang Sunda, urutan anak-anak Semar Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu,
dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya ditemani oleh satu anak saja,
bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.
Fisik
Formulir
Semar
memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia adalah simbol dari
penggambaran alam semesta. Tubuhnya adalah simbol bumi yang bulat, tinggal
manusia dan makhluk lainnya.
Semar
selalu tersenyum, tapi bermata bengkak. Penggambaran ini sebagai simbol suka
dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambut gaya jambul seperti anak kecil,
sebagai simbol tua dan muda. Dia laki-laki berkelamin, tapi memiliki payudara
seperti wanita, sebagai simbol pria dan wanita. Ia hidup sebagai dewa menjelma
tapi orang-orang biasa, sebagai simbol dari atasan dan bawahan.
Keistimewaan
Semar
Semar
adalah karakter boneka kreasi penyair lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai
hamba, namun keluhurannya sejajar dengan cerita Arjuna dalam Mahabharata. Jika
perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat Pandawa Krishna hanya satu,
maka dalam wayang, jumlah itu meningkat menjadi dua, dan yang satunya adalah
Semar.
Semar
dalam literatur hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa,
terutama para Pandawa dari kisah Mahabharata adalah karakter utama. Namun dalam
tema pagelaran wayang Ramayana, dalang juga digunakan untuk menampilkan Semar
sebagai pengasuh keluarga Sri Rama atau Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu
muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apa judul yang sedang dikisahkan.
Dalam
wayang, bertindak sebagai kelas Semar pengasuh prajurit, sedangkan Togog
sebagai pengasuh dari raksasa. Sudah pasti anak-anak asuh Semar selalu dapat
mengalahkan anak asuh Togog. Ini sebenarnya simbol belaka. Semar adalah
gambaran campuran dari orang-orang kecil maupun dewa surga. Jadi, jika
pemerintah - yang disimbolkan sebagai ksatria perawatan Semar - mendengarkan
orang-orang kecil yang seperti suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti
menjadi nagara yang unggul dan ketenangan.
http://profilwayang.blogspot.com/2012/01/tangan-jadi-tubuh.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar